Mengapa Bisa Terjadi Petir?

petir1

 

Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif menuju ke muatan positif. Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa dengan medan listrik berbeda. Prinsip dasarnya kira-kira sama dengan lompatan api pada busi.

Petir adalah hasil pelepasan muatan listrik di awan. Energi dari pelepasan itu begitu besarnya sehingga menimbulkan rentetan cahaya, panas, dan bunyi yang sangat kuat yaitu geluduk, guntur, atau halilintar. Geluduk, guntur, atau halilintar ini dapat menghancurkan bangunan, membunuh manusia, dan memusnahkan pohon. Sedemikian raksasanya sampai-sampai ketika petir itu melesat, tubuh awan akan terang dibuatnya, sebagai akibat udara yang terbelah, sambarannya yang rata-rata memiliki kecepatan 150.000 km/detik itu juga akan menimbulkan bunyi yang menggelegar.

Source : http://www.ceritakecil.com/ilmu-pengetahuan-dasar/artikel/Mengapa-Bisa-Terjadi-Petir-14

Kenapa HP Disebut Telepon Seluler?

kartun-telpon

 

HP (handphone) atau biasa disebut ponsel (telepon seluler) bekerja dengan mengandalkan sinyal yang dipancarkan dari sebuah pemancar dengan frekuensi tertentu. Untuk membagi-bagi daerah agar terdapat frekuensi yang merata pada daerah tersebut maka sebuah daerah atau kota dibagi menjadi seperti sebuah irisan yang digambarkan sebagai irisan berbentuk hexagonal atau disebut dengan sel (cell). Masing-masing sel tersebut dapat mempunyai frekuensi sebanyak 800 dan mempunyai cakupan kisaran sekitar 26 kilometer bujur sangkar. Masing-masing sel mempunyai suatu menara dan suatu bangunan kecil yang berisi peralatan. Saat kita sedang berjalan dengan mengendarai kendaraan, sinyal akan dipancarkan dari sel ke sel oleh suatu tower atau menara dari tiap sel tersebut.

Source : http://www.ceritakecil.com/ilmu-pengetahuan-dasar/artikel/Kenapa-HP-Disebut-Telepon-Seluler-16

Liburan Ke Kota Yang Indah

Kota

Setiap pagi ku selalu membersihkan rumah dan halaman lalu ku mandi, setelah ku mandi lalu ku jalan-jalan ke pasar tradisional Bandung, ku melihat banyak sekali yang mau belanja. ketika sedang berjalan ku melihat tempat barang-barang khas Bandung. Disana banyak sekali barang barang tradisional Bandung.

Ketika ku melangkah kulihat benda terbuat dari bambu yang indah sekali ku tak tau apa nama benda itu, ku ingin sekali membelinya dan memainnkan nya, ku tanyakan kepada ibu ku, apa sebenarnya benda itu? karena bayak sekali yang memainkan nya dan bunyi nya indah sekali, ternyata benda itu adalah angklung, yaitu alat musik tradisional Jawa barat, ku baru ingat ternyata bibi ku adalah seorang guru pengajar angklung.

Sesudah membeli angklung aku dan ibu ku langsung pulang menuju rumah nenek, kebetulan bibi ku tinggal di rumah nenek, ketika sudah sampai aku istirahat dulu sebentar dan langsung meminta ajari memainkan angklun itu, ketika pertama memainkan angklung aku tidak bisa, dengan perlahan lahan aku ternyata bisa, aku senang dan gembira sekali. Aku mengucapkan terima kasih kepada bibi ku yang telah mengajari ku memainkan angklung.

Cerpen Karangan: Qonita Nafsah Mutmainah

Source : http://cerpenmu.com/cerpen-anak/liburan-ke-kota-yang-indah.html

Rusy, Kelinciku

kelinci

 

“Hoaaamm…!” aku terbangun di pagi yang cerah. “Wah, sudah pagi rupanya! Aku sholat subuh dulu, deh!” gumamku. Lalu, aku pun membereskan ranjangku, dan pergi ke kamar mandi yang kebetulan berada di kamarku. Kemudian, aku segera mengambil air wudhu. Setelah itu, aku menunaikan ibadah shalat subuh. Allahu akbar! gumamku pelan.

Tujuh menit kemudian, aku sudah selesai shalat subuh, dan sudah melipat sajadah dan mukena yang kupakai saat shalat tadi. “Wah, mama sudah bangun belum ya?” tanyaku kepada diriku sendiri. Aku adalah anak tunggal. Dulu aku mempunyai adik. Tetapi, adikku meninggal karena terkena penyakit demam berdarah, dan telat masuk RS. Lalu, aku turun ke bawah, menuju kamar mama. Papaku sekarang sedang dinas di Singapura. Jadi, aku di rumah bersama mama dan bi Minah, PRT ku.

“Halo, ma!” sapaku kepada mama. “Eh, Rani sayang. Sudah bangun? Sudah shalat subuh belum?” tanya mama. “Sudah dong, ma. Mama sendiri?” aku balik bertanya. “Mama juga sudah shalat. Baru saja selesai. Sarapan yuk, sayang!” ajak mama. “Ayuk, ma!” Lalu, kami pun sarapan pagi di ruang makan. “Mari, Nyonya, Non Rani. Silakan dimakan,” ujar bi Minah yang sudah memasakkan sarapan pagi itu. “Hmm… lezat sekali!” seruku seraya membuka tudung saji yang berwarna hijau tua itu. “Wah, pantas saja lezat. Bi Minah emang oke!” seruku yang melihat pancake cokelat plus keju dan saus karamel yang nikmat dan susu hangat untuk sarapan kali ini. “Ayo, sayang!” Lalu, aku dan mama pun berdoa terlebih dahulu, dan langsung menyantap sarapan pagi ini.

“Hmm! Kenyang!” seruku senang sambil mengelus-elus perutku. “Ma, aku mau lihat Rusy dulu, ya,” pamitku. Mama mengangguk. Aku segera pergi ke luar rumah untuk melihat Rusy. Rusy adalah kelinci kesayanganku. Kalaupun dia mati, dia tak akan terganti oleh siapapun, walaupun ada yang memaksa untuk membelikan kelinci yang baru. “Hmm, kira-kira, Rusy sedang apa ya?” tanyaku. “Hai Rusy!” sapaku ramah saat aku berada di depan kandangnya. “Rusy? Rusy!” panggilku saat Rusy tak bergerak. Biasanya, setelah aku memanggil Rusy, dia selalu terbangun dan berlarian di kandangnya. Mengapa sekarang tidak? Oh ya! Aku baru ingat! Dia kan sedang mengandung! Rusy adalah kelinci betina. Yap! Tepat sekali! Kata temanku Reina, jika kelinci sedang mengandung, dia akan malas bergerak walaupun kita sudah memanggilnya berkali-kali. “Rusy sedang tidur, ya?” tanya mama yang tiba-tiba muncul di sampingku. “Iya, ma. Dia kan sedang mengandung,” jawabku pelan. “Hmm, pasti sebentar lagi dia akan melahirkan. Dan benar saja! Rusy tiba-tiba saja sangat gelisah dan merintih kesakitan seperti orang yang sedang ingin melahirkan. “Ayo ma! Kita ke dokter hewan!” ajakku panik. “Ayo!” Lalu, kami pun memasukki mobil dan membawa Rusy ke dokter hewan.

Senang, panik, takut, gembira, dan sedih akan Rusy bercampur aduk menjadi satu di dalam benakku. Aku ber-istigfar berkali-kali. Akhirnya sampai juga, gumamku dalam hati saat melihat tulisan ‘KLINIK DOKTER HEWAN’. “Ayo, sayang! Jangan lupa bawa Rusy juga!” perintah mama. “Baik, ma!” Akupun berlari mengikuti mama yang sudah berjalan duluan ke dalam klinik. “Permisi, hewan ini akan melahirkan. Bisa minta tolong pertolongan secepatnya?” tanya mama yang wajahnya juga gelisah tak karuan. “Baik bu. Sini sayang, kelincinya,” sahut pegawai itu yang lalu membawa Rusy ke dalam kamar persalinan. “Kami boleh ikut kan?” tanyaku yang sudah menangis tersedu-sedu. “Tentu boleh, adik kecil,” jawab pegawai itu sambil tersenyum.

Kemudian, kami pun memasukki ruangan yang cukup besar. Rusy pun diminta oleh pegawai itu untuk mengeluarkan anak-anaknya dari perutnya. “Ayo, Rusy. Keluarkan anak-anakmu. Ayo! Kamu pasti bisa!” seruku memberikan dukungan semangat untuk Rusy. Rusy seakan mengangguk dan mengerti apa yang kukatakan, dia pun melakukannya. 10 menit kemudian, anak-anak Rusy yang sangat lucu dan imut pun sudah keluar. Anak-anak Rusy ada 5. Mereka semua kuberi nama: Syra, Runa, Refitt, Kiene dan Fred. Aneh-aneh semua, ya? Lalu, aku bertanya kepada pegawai itu. “Mbak, apakah Rusy dan anak-anaknya sudah boleh dibawa pulang?” tanyaku cemas. “Kalau anak-anaknya boleh. Kalau Rusy…” ucapan pegawai itu terputus. “Kalau Rusy kenapa mbak?! Kenapa dengan Rusy?!” seruku tak tahan. Akhirnya aku menangis. “Kalau Rusy… dia sudah mati,” sahut pegawai itu menunduk. “APA?! TIDAK! TIDAAAKK! TIDAAAKK! RUSY! KAMU MASIH HIDUP! RUSSYYY…!!! Rusy…” teriakku sembari menangis sejadi-jadinya. “Rusy…” ucapku lirih.

“Sayang! Rani sayang, jangan menangisi Rusy. Dia sudah tenang di alam sana. Sudahlah sayang, jangan menangis lagi, ya?” ujar mama yang menenangkanku saat sudah sampai di rumah. “Tapi ma… Aku sangaaat sayang Rusy. Setiap harinya kuberi makan dia, kubersihkan kandangnya, kuperhatikan dia, kurawat dia, kulindungi dia, kuratapi saat dia sakit. Tetapi sekarang, Rusy sudah mati… Hiks hiks hiks… Aku sangat sedih ma. Rusy sudah kuanggap sebagai adikku sendiri walaupun dia binatang. Aku sangat sayang dia…,” ujarku yang masih saja menangis. “Sayang, bagaimana kalau mama belikan kelinci baru?” tanya mama. “Enggak mau!” teriakku. Brak! Aku pun menutup pintu dengan keras.

Aku segera mengambil kertas HVS dan bolpoin. Aku ingin menulis puisi untuk Rusy. 30 menit kemudian, aku sudah selesai menulis puisi. Aku segera memperlihatkan kepada mama. Mama yang membacanya sangat terharu. Aku pun ikut menangis kembali. I love you, Rusy… You are always my lovely pet… gumamku dalam hati sambil tersenyum sedih.

Cerpen Karangan: Quintania HB

Source : http://cerpenmu.com/cerpen-sedih/rusy-kelinciku.html